Jarak mengajarkanmu sesakit apa rasanya merindu. Do’a
memberimu akses melampiaskan rindu yang tak mungkin. Seharusnya rindu tidak
selalu di ucapkan. Rindu hanya perlu dirasakan, dihayati, disikapi. Apalagi
ketika rindu itu tidak mungkin di obati dengan pertemuan.
Diam, satu-satunya jalan untuk bertahan. Tapi bukan diam
sembarang. Do’a didalam diam. Cara melampiaskan rindu yang paling dalam adalah
menangis kepada Tuhan agar rindumu tersampaikan tanpa melalui perkataan pun
perjumpaan.
Merasakan rindu sungguh berat. Hanya orang-orang tangguh yang
mampu hidup bersama rindu untuk waktu yang lama. Rindu memang tak terlihat,
maka harus dilawan dengan sesuatu yang tak terlihat juga. Do’a ditengah malam
misalnya. Rindu tak teraba, maka harus diusap dengan menyebut nama penyebab
rindu sebanyak yang kita bisa –masih di dalam do’a. Ya, Do’a memang
satu-satunya obat untuk sebuah kerinduan tanpa pertemuan.
Seperti halnya cinta yang membutuhkan begitu banyak manajemen
dan teknik, rindu pun membutuhkan banyak strategi dan taktik agar tidak
menenggelamkanmu ke lembah frustasi. Sebaliknya, rindu adalah inspirasi yang
mengalir sendiri tanpa henti. Syaratnya, merindulah tidak untuk bertemu dalam
tatap, tapi bertemu dalam taat.
Do’a, obat kerinduan tanpa pertemuan yang disiapkan Sang Maha
Pemberi rindu sebagai penawarnya. Rindu itu indah jika kita ikhlas
memeliharanya. Ikhlas itu hadir jika kita sabar menjalaninya. Sabar akan datang
jika kita berserah kepada Sang Pemilik Cinta. Semangat berdo’a para perindu~
Rindu membutuhkan stategi dan teknik agar tidak menenggelamkan pada lembah frustasi ...
ReplyDeleteAku suka tulisan ini. Baper deh :)
Terima Kasih mba Nova.
DeleteJangan bosan mampir ke blog baper ini ya :v hihi
Kurang setuju.
ReplyDeleteApalagi selain bertemu untuk menuntaskan rindu?
Rindu tidak cukup kalo cuma sebatas perjuangan biasa.
Tapi bagus buat mereka yang baru mengenal rindu.��