BUNGA DI TEPI JALAN

Hujan malam itu membantu lumpur menggrayangi tubuh putih bunga. Meski bunga senang hujan datang, bunga tidak bisa menampik bahwa sebenarnya juga merasa sedih sebab lumpur mengotorinya.

Bunga malam itu berdo'a. Segala sesuatu yang indah akan tetap dipandang indah oleh mereka yang hatinya berisi keindahan dan menghargai kekurangan pun kelemahan makhluk lain. Ia percaya, akan ada yang menghargainya meski ada lumpur dikelopaknya.

Hingga pagi datang. Bunga tetap tersenyum riang mensyukuri sisa hujan -dan lumpur yang masih menempel. Senyum bunga putih tersebut tertangkap oleh mata seorang gadis belia yang sedang berjalan  menyambut mentari sambil mencari rejeki. Gadis itu berprofesi sebagai pembersih atau kalian sering memanggil mereka pemulung.

Ia sama senangnya dengan si bunga. Sebab tadi malam hujan dan pagi ini mentari bersinar terang tapi tidak panas. Perpaduan sisa hujan dan mentari pagi adalah anugerah terlezat yang dihadiahkan Tuhan untuk kedamaian batin manusia, begitu dia berpikir.

Gadis itu menghampiri si bunga putih kecil dan memyemprotkan air dikelopak bunga tersebut hingga bunga bersih sambil tersenyum dan berkata "tidak ada yang akan mampu mengotorimu sebab aku yakin kau sudah sekeras tenaga bertahan untuk hidup dan tumbuh indah. Tetaplah mengembang sampai masamu habis. Sungguh, melalui engkau aku menyadari bahwa Tuhan itu ada. Dan makhluk kecil seperti kita juga diperhatikannya. Aku sudah menghilangkan lumpurnya, sekarang giliranku untuk menghilangkan lumpurku sendiri."

Perlahan senyum gadis itu berubah, wajahnya menjadi sendu dan tetesan air mata siap tumbah dari kelopak matanya yang sipit. Ia bergumam "lumpur ditubuhku abadi, aku tak akan bisa bersih oleh tetesan air apa pun. Aku telah kotor sebelum sempat berkembang indah dan merasakan keindahan. Masih adakah seseorang yang mau menerimaku dengan lumpur ini, Tuhan." Ia berlaku meninggalkan bunga putih di tepi jalan itu.

Bunga kecil keheranan, gadis periang itu sepertinya menyimpan cerita. Bunga kecil tidak sabar menunggu di gadis datang besok pagi. Benar saja, ia datang menghampiri bunga kecil dan seperti biasa menampilkan senyum terindahnya.

"Hai, maafkan aku kemarin meninggalkanmu tanpa pamit. Aku hanya tidak ingin air mataku tumpah membasahimu. Aku iri padamu. Kau begitu indah, bahkan lumpur tak mampu menutupi keindahanmu. Sementara aku, cuma pemulung dan sudah tidak lagi suci. Tidak ada yang berharga dariku. Tidak ada satupun."

Bunga tidak tahan, ia menjerit "hey, apa yang terjadi denganmu? Kaulah yang menyelamatkanku dari pijakan manusia, tidak ada yang menghargaiku sebelum engkau. Semua makhluk menganggapku tak berharga terlebih setelah aku hampir mati kekeringan dan kotor. Kau satu-satunya, itu membuatmu lebih mulia dan lebih cantik dari siapa pun yang pernah aku lihat. Kenapa kau begitu pesimis? Apa yang terjadi? Jangan mati sebelum mati.

Kau harus percaya. Diluar sana, akan ada satu manusia yang menghargaimu dan melihatmu dengan istimewa dengan pandangan penuh cinta yang belum pernah kau rasakan sebelumnya. Dia akan membuatmu merasa utuh dan menerima semua kekuranganmu. Percayalah, kau gadis hebat. Jangan pernah menyerah. Akan ada orang yang bisa membersihkan lumpur-lumpur di hidupmu.

Tugasmu hanya satu, bersihkan dahulu hatimu, dekatkan selalu dirimu dengan penciptamu dan hilangkan pikiran negatif itu. Bersyukurlah. Maka, kau akan bertemu dengan seseorang yang juga nanti bersyukur memilikimu."

Gadis itu tersenyum pasrah, ia lalu bangkit. Aku tau, aku mungkin tidak bisa berbicara dan mendengar suaramu bunga kecil. Tapi aku percaya, aku akan ditemukan oleh manusia baik hati yang akan memberiku pakaian yang hangat serta air yang bening untuk membersihkan diri. Karena aku percaya, Tuhanku punya rencana dan Ia melihatku sejak sebelum aku melihat dunia hingga nanti aku menutup mata.


0 komentar:

Post a Comment

 

PAGEVIEWS

FRIENDS