Aku
berdiri menatap empat dosen yang ada di depanku. Kakiku gemetar, keningku
berpeluh tapi aku merasa dingin, ujung jari kaki dan tanganku juga dingin
sekali. Salah satu professor penguji sidang skripsi mempersilahkan pemimpin
sidang membacakan hasil sidangku. Hari ini, 26 Agustus 2016 dokter Rahayu yang bertugas menjadi pemimpin sidang mengumumkan kelulusanku. Otot-otot
kakiku melemas tapi tetap aku gerakkan tubuhku untuk menghampiri keempat
dosenku dan menyalami mereka satu per satu.
Dosen-dosenku pamit keluar dari ruang sidang, kecuali bu Ayu yang masih tertinggal. Aku tidak kuat lagi membendung air mata yang rasanya memenuhi kelopak mata dan dada. Drama dimulai, air mata tumpah tak tertahankan ketika dosen pembimbingku ini menyampaikan kalimat-kalimat motivasi. Ah, betapa sulitnya menyembunyikan haru dari ibu, bu.
Dosen-dosenku pamit keluar dari ruang sidang, kecuali bu Ayu yang masih tertinggal. Aku tidak kuat lagi membendung air mata yang rasanya memenuhi kelopak mata dan dada. Drama dimulai, air mata tumpah tak tertahankan ketika dosen pembimbingku ini menyampaikan kalimat-kalimat motivasi. Ah, betapa sulitnya menyembunyikan haru dari ibu, bu.
Moment
menegangkan yang berakhir haru tersebut terjadi tiga bulan yang lalu. Hari ini,
30 November 2016, aku mengenakan toga yang kudapat setelah menyelesaikan drama
demi drama penelitian dan pekerjaan di bulan-bulan sebelumnya. Sungguh satu
hari yang sakral ini sudah kami nanti-nanti. Senyum terus merekah dibibirku
sedari jam 03.00 pagi sampai sekarang jam 15.00 wib ketika aku bersama ibu dan
keluargaku menyantap hidangan nikmat.
Benar jika Imam Syafi’i
mengatakan nikmatnya hidup terasa setelah kita lelah berjuang. Eits, tapi
perjuangan masih panjang. Seperti yang dikatakan rektor di atas mimbar saat
upacara wisuda, ini semua baru awal. Jangan mudah puas dengan apa yang sudah
kita dapatkan hari ini. Perjalanan masih panjang.
Tapi,
aku tetap sudah menikmati hari ini. Bersyukur tiada henti ketika bisa melalui
empat tahun perjuanganku di kampus hijau tercinta sejak 2012 sampai 2016. Masih ingin terus
belajar dan membuat banyak karya supaya setelah wisuda, aku tetap tidak membuat
almamaterku malu pernah menaungiku menuntut ilmu. Aku berterima kasih kepada
seluruh teman yang memberikan do’a dan ucapan selamat serta berbagai macam bunga-bungaan
dan hadiah lainnya.
***
Sekarang,
27 September 2017. Aku bukan lagi mahasiswa, sudah menjadi pekerja. Kurasakan dunia
yang berubah. Aku semakin sering membongkar-bongkar momen kuliah yang terasa color full. Kok ya jadi mahasiswa seru
banget. Bebas, lepas, free like a birdkalo mau kemana-mana, meski dompet sering merana, tetep bisa ngapain aja.
Menjadi pekerja bagaimana? Aku belum bisa
ngomong apa-apa. Fase ini masih harus kujalani dan kunikmati. Mungkin nanti
akan aku ceritakan kepada kalian dan anak-anakku setelah aku selesai
melaluinya. Aku, wanita berusia 23 yang masih berjuang untuk mimpi-mimpiku agar
kelak bisa menjadi istri dan ibu yang menginspirasi nusa, bangsa, agama dan
generasi setelahnya. Halah *tutup muka*
Fyi,
aku lulusan Universitas Sumatera Utara, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Departemen Epidemiologi. Sekarang aku bekerja di salah satu Rumah Sakit Swasta
di Kota Medan. Di Medan aku merantau. Kampungku? aku dari Rokan Hulu,
Riau. Udah segitu aja. Penasaran yang lain? Status? Bisa tanya di kolom comment di bawah ya :p
Saya Rahayu tp bukan seorang dokter hehehe, yaa benar sekali, momen saat menyelesaikan skripsi, wisuda adalah momen membahagiakan, tp sy baru melewati satu momen nya, doakan semoga akhir th nanti saya juga BS diwisuda.follow blog saya yaa, hihi
ReplyDeleteyeeaay...terima kasih udah mampir rahayu:)
Deleteyuks sini minum kopi dulu.
Good Luck buat wisudaannya nanti ya.
jangan lupa cerita di blog kamu juga :)