#PUISI30 : CAHAYA

Bulu roma ini tak mau merunduk dan lentur. Ia terlanjur kaku dan bisu menahan serangan keindahan pemandangan gunung lengkap dengan ukiran namaku dan namamu pada secarik kertas yang ujungnya kau tarik dengan jemarimu. Jemari yang mengingatkanku akan dekapan penuh rindu. Meski tertahan ribuan kilometer, aku tetap bersamamu sejauh detik masih berdetak. Tetaplah disana, gapai cahayamu.

Kembali pagi mempertemukanku dengan cahaya. Sejujurnya aku masih ingin bermanja dengan gelap yang diselimuti oleh alunan napasmu. Kurasa aku harus mengurung inginku itu, karena aku tau gelapmu sementara. Sementara kau sekarang sibuk mendaki gunung mencari cahaya. Meninggalkanku sementara.

Ooh pagi, hangatmu menusuk bulu romaku. Membayangkan bagaimana hangat yang akan kudapat jika pagiku dekat dengan separuh jiwanya. Mungkin nanti, setelah mimpi terbangun dari tidurnya. Setelah kita bersama-sama memeluk cahaya yang sama.


0 komentar:

Post a Comment

 

PAGEVIEWS

FRIENDS