PINDAH RUMAH DAN PASAR TRADISIONAL
Aku sudah ceritakan tentang pelepasan dan perjalanan hari pertama. Hari pertama PBL kami melakukan upacara penyambutan oleh Kepala Dinas Kabupaten karo di depan Kantor Dinas Kabupaten Karo.
Jam 16.00 WIB, kami resmi di berangkatkan ke desa masing-masing. Kelompokku yang bertempat di ajijulu sampai lebih awal. Kami langsung bertemu dengan sekretaris desa dan berkenalan. Tapi sayang sekali, kami belum memiliki tempat tinggal. Jadilah untuk sementara kami meletakkan barang-barang yang seabrek itu di jambur (baca: sanggar tempat upacara adat).
Walikota kami bernama Muhammadin masih sibuk mencari rumah. Sebenarnya kami sudah ditawarkan rumah, hanya saja harganya sangat-sangat mahal menurut kami jika dibandingkan dengan biaya tempat tinggal di desa lain. Menunggu hingga sore, belum juga kami temukan tempat tinggal. Penduduk sekitar jambur sudah pulang dari ladang dan menyapa kami. Tenyata, penduduk disini sangat ramah. Kami panik memikirkan tempat tinggal yang layak dan sesuai kantong. Perangkat desa sibuk mencari tempat untuk kami. Akhirnya diputuskan kami menumpanv di salah satu rumah warga yang kosong dengan ruangan yang cukup sempit untuk menampung 14 orang. Kami tidur berformasi "susun gembung" hingga pagi.
Suhu desa mencapai 15 derjat Celcius. Terasa sangat dingin bagi saya yang biasa tinggal di udara bersuhu diatas 30 derjat C. *freezed*
Bangun tidur, buka jendela, kami langsung berhadapan dengan gunung barus dan hamparan kebun wortel. Segaaarrr sekali udaranya.
Lalu, setelah sarapan kami bersiap pindah rumah dan belanja ke pasar tradisional di berastagi. Empat orang pergi ke pasar tradisional, aku salah satunya. Selebihnya membersihkan rumah yang akan kami tempati dan mengangkut barang.
Bernagkat dari ajijulu menuju pasar menumpang angkot. Perjalanan sekitar 15 menit. Di pasar, kondisinya becek karena memang malamnya hujan. Selesai belanja kami pulang ke rumah baru yang belum selesai di bersihkan.
Sudah banyak anak-anak yang berkumpul dihalaman rumah kami. Semakin sore semakin banyak. Kami berkenalan, bermain dengan anak-anak, bercanda, belajar bahasa karo, dan menyanyi bersama.
Semula kami pikir warga di sini cuek-cuek. Nyatanya, mereka ramah-ramah dan sangat pemurah. Buktinya, belum genap dua hari kami disini, kami sudah di antari sekeresek sayur mayur hasil kebun oleh salah seorang tetangga kami. Alhamdulillah :)
Malam hari ke 2, kami ke rumah sekretaris desa yang kemarin membimbing kami. Bapak sekdes merupakan alumni Universitas Islam Nusantar. Beliau beragama Nasrani. Istri beliau sangat ramah, beliau memiliki 3 orang anak(2 perempuan, 1 laki-laki). Ibu sekdes bukan asli suku karo, aslinya beliau adalah sunda dan beragama islam tapi sejak menikah beliau ikut suaminya ke desa ini dan berhijrah agama mengikut suaminya.
Perbedaan agama, budaya, dan warna kulit tidak menjadikan warga desa ini bersekat-sekat. Meski di dominasi oleh penduduk beragama nasrani, mereka tetap hidup rukun dan damai dengan penduduk yang beragama muslim.
Sepulang dari rumah sekdes kami pun istirahat untuk mengisi tenaga menghadapi hari esok yang pasti lebih seru. Esok pagi kami akan di ajak oleh sekdes ke ladang-ladang mengambil hasil kebun.
Sampai jumpa besok di kebun yaa :)
0 komentar:
Post a Comment