Assalamualaikum...
Good morning, good people :D
Let's join me to wednesday about wedding ;)
Bicara pernikahan , ada banyak
sekali yang saya pikirkan. Mulai dari pandangan saya soal pernikahan ketika
saya masih berumur kecil dari 12 tahun sampai sekarang saya berpikir betapa
menikah adalah hal sakral yang tidak bisa dilakukan dengan setitik pun candaan.
Yap, saya selalu memikirkan nikah adalah hal yang sangat serius.
source : pinterest |
Flash back ke masa kecil saat saya sama
sekali belum mengerti nikah itu apa, kenapa harus menikah, buat apa pesta dan
banyak orang joget-joget ketika ada
pernikahan dan ujung-ujungnya banyak orang mengumbar aurat dan mabuk-mabuk di
akhir acara. Fenomena pernikahan seperti itu masih terjadi hingga detik ini. Itu
membuat saya takut sampai akhirnya berpikir, kalau suatu saat
nanti saya menikah, saya ingin pernikahan yang sederhana, tanpa pesta-pesta
yang menghabiskan uang puluhan juta bahkan miliaran dan banyak mudharat-nya. Mending kalau emang
punya uang berlebih jadi ngga tau uangnya mau diapain jadi syukuran gede-gedean.
Akhir-akhir ini di sekeliling saya malah lebih banyak orang yang mengadakan
pesta pernikahan yang terkesan mewah tapi uang modalnya didapat dari berhutang.
Ckckck *miris*
Semoga saya sependapat dengan calon
suami saya nanti. Bahwa sesuatu yang sederhana terkadang lebih berharga, karena
dalam pernikahan yang kita cari bukan kemewahannya tapi keberkahannya. Berkah
tidak di ukur dari seberapa mewah pesta pernikahan yang kita gelar. Rasulullah
sendiri pernah bilang “the most blessed
Nikkah (wedding) is the one with the least expenses“.
Kata kang Ahmad Rifa’i Rif’an dalam
bukunya "berkah tak pernah menuntut jumlah uang, karena berkah
tak di ukur dari banyaknya uang yang berhasil kita kumpulkan. Berkah terkait
dengan kebahagiaan yang terus menghias hati bersama pasangan hidup kita dalam
melintasi rumah tangga yang dibangun dengan landasan iman. Berkah terkait
dengan kemudahan hidup yang dikaruniakan oleh Allah bagi kita dan kekasih hidup
kita. Inilah keindahan. Inilah kebahagiaan. Inilah berkah.”
Setiap kali diskusi dengan teman-teman,
banyak akhirnya teman-teman saya yang berpendapat “tunggu mapan dulu deh baru
nikah”, terutama laki-laki nih. Hhhmm.. kaya bisa dipastikan aja kapan kita
bakal mapan yah *agak kesel*.
Wajar sih laki-laki memikirkan banyak
hal terkait bekal materi yang akan dia kasih ke wanitanya nanti. Tapi sebagai
muslim, kita harusnya percaya pada kalimat langit yang memberikan garansi “anti
miskin” bagi mereka yang melaksanakan pernikahan sebagai sarana untuk menjaga
dirinya dari maksiat.
“Dan nikahkanlah orang-orang yang masih
sendiri (belum menikah) di antara kalian, demikian pula orang-orang yang saleh
dari kalangan budak laki-laki dan budak perempuan kalian. Bila mereka dalam
keadaan fakir maka Allah akan mencukupkan mereka dengan keutamaan dari-Nya.”(QS.
An-Nur : 32)
Banyak sekali orang yang sudah
berpengalaman menyarankan menikah karena mereka mengatakan bahwa menikah adalah
salah satu cara untuk meningkatkan kekayaan. Jadi, setelah menikahlah pasangan
sama-sama berjuang untuk hidup lebih baik dalam segala hal. Mengawali segalanya
dengan sederhana. Merintis semuanya dari nol. Dan, berjuang bersama-sama. Saya maunya
yang seperti ini. Ngga mudah memang, tapi Allah punya janji dan Allah tidak
pernah ingkar janji.
source : pinterest |
Saya paling ngeri kalau membayangkan hutang
ke sana ke sini untuk bikin pesta yang megah dan menjalani pernikahan dengan
perasaan tercekik sebab harus membayar hutang yang digunakan untuk pesta. Saya ngga
mau yang kaya gini. Semoga Allah menjauhkan kita dari hal-hal seperti ini.
Dari bukunya Ahmad Rifa’i Rif’an lagi
saya menemukan kalimat ini “Allah memerintahkan nikah sebagai ikatan suci dua
manusia yang saling mencintai. Bukan hanya untuk menghalalkan ‘aktifitas
ranjang’. Ada tujuan agung yang hendak didapat. Nikah menjadi pelindung
kehormatan, pengokoh iman dan penjaga ketaatan”. Nikah juga menjadi sarana
menjaga keturunan yang suci. Wasiat Rasulullah sedemikian jelas, “tidak
terlihat hubungan yang demikian dekat di antara dua orang yang saling mencintai
yang bisa menyamai hubungan yang terjalin karena pernikahan.” (HR. Ibnu Majah)
source : pinterest |
Saya bisa ngoceh panjang lebar kalau di
tantang buat ngomongin soal pernikahan *maap*. Di usia saya yang sudah tidak
kanak-kanak lagi ini, saya merasa memang sudah seharusnya saya memikirkan soal
pernikahan. Karena menikah adalah salah satu mimpi saya sejak kecil, sejak saya
bisa mengingat betapa menyenangkannya bisa saling mengasihi seperti ayah dan
ibu saya. Tapi saya juga sadar, saya perlu banyak bekal untuk menikah, perlu banyaaak
lagi belajar dan berdo’a. Ini urusan surga dunia dan surga setelah dunia. Mana bisa
main-main!
Saya sendiri belum tau saya sudah siap
menikah atau belum. Tapi satu hal yang sedang saya ikuti dari nasihat-nasihat
orang, persiapkan dirimu karena kau tidak tau kapan kau akan siap, perkuat
keyakinanmu dengan do’a dan yakin Allah sudah menyiapkan yang terbaik untukmu,
jagalah apa yang kau punya saat ini dengan sebaik-baiknya. Semoga Allah ridho. Semoga
kita dipertemukan dengan mereka, dengan laki laki atau perempuan yang punya
visi sama dengan kita. Semoga kita yang perempuan disatukan dengan laki-laki yang bisa menjaga kita dalam segala hal, memperbaiki kita agar jadi wanita sholeha yang patuh padanya, pada Allah dan berguna bagi sesama. Semoga kita bisa terus menjaga hingga tiba waktunya.
source : pinterest |
Dan diakhir, saya selalu menutup
perjumpaan dengan kalimat “Semoga”, sebagai bentuk do’a dan juga kesadaran
bahwa kita hanya manusia yang berencana dan berkeinginan. Allah lah yang maha
mengetahui segalanya. Saya jadikan “semoga” sebagai bentuk kepasrahan saya pada
setiap rencana Allah atas segala keinginan yang saya punya.
Wassalamualaikum :D
0 komentar:
Post a Comment