[30 DAY BLOG CHALLENGE] DAY 4 : WEDNESDAY ABOUT WEDDING

Assalamualaikum...
Good morning, good people :D
Let's join me to wednesday about wedding ;)
Bicara pernikahan , ada banyak sekali yang saya pikirkan. Mulai dari pandangan saya soal pernikahan ketika saya masih berumur kecil dari 12 tahun sampai sekarang saya berpikir betapa menikah adalah hal sakral yang tidak bisa dilakukan dengan setitik pun candaan. Yap, saya selalu memikirkan nikah adalah hal yang sangat serius.
source : pinterest
Flash back ke masa kecil saat saya sama sekali belum mengerti nikah itu apa, kenapa harus menikah, buat apa pesta dan banyak orang joget-joget ketika ada pernikahan dan ujung-ujungnya banyak orang mengumbar aurat dan mabuk-mabuk di akhir acara. Fenomena pernikahan seperti itu masih terjadi hingga detik ini. Itu membuat saya takut sampai akhirnya berpikir, kalau suatu saat nanti saya menikah, saya ingin pernikahan yang sederhana, tanpa pesta-pesta yang menghabiskan uang puluhan juta bahkan miliaran dan banyak mudharat-nya. Mending kalau emang punya uang berlebih jadi ngga tau uangnya mau diapain jadi syukuran gede-gedean. Akhir-akhir ini di sekeliling saya malah lebih banyak orang yang mengadakan pesta pernikahan yang terkesan mewah tapi uang modalnya didapat dari berhutang. Ckckck *miris*
Semoga saya sependapat dengan calon suami saya nanti. Bahwa sesuatu yang sederhana terkadang lebih berharga, karena dalam pernikahan yang kita cari bukan kemewahannya tapi keberkahannya. Berkah tidak di ukur dari seberapa mewah pesta pernikahan yang kita gelar. Rasulullah sendiri pernah bilang “the most blessed Nikkah (wedding) is the one with the least expenses“.
Kata kang Ahmad Rifa’i Rif’an dalam bukunya "berkah tak pernah menuntut jumlah uang, karena berkah tak di ukur dari banyaknya uang yang berhasil kita kumpulkan. Berkah terkait dengan kebahagiaan yang terus menghias hati bersama pasangan hidup kita dalam melintasi rumah tangga yang dibangun dengan landasan iman. Berkah terkait dengan kemudahan hidup yang dikaruniakan oleh Allah bagi kita dan kekasih hidup kita. Inilah keindahan. Inilah kebahagiaan. Inilah berkah.”
Setiap kali diskusi dengan teman-teman, banyak akhirnya teman-teman saya yang berpendapat “tunggu mapan dulu deh baru nikah”, terutama laki-laki nih. Hhhmm.. kaya bisa dipastikan aja kapan kita bakal mapan yah *agak kesel*.
Wajar sih laki-laki memikirkan banyak hal terkait bekal materi yang akan dia kasih ke wanitanya nanti. Tapi sebagai muslim, kita harusnya percaya pada kalimat langit yang memberikan garansi “anti miskin” bagi mereka yang melaksanakan pernikahan sebagai sarana untuk menjaga dirinya dari maksiat.
“Dan nikahkanlah orang-orang yang masih sendiri (belum menikah) di antara kalian, demikian pula orang-orang yang saleh dari kalangan budak laki-laki dan budak perempuan kalian. Bila mereka dalam keadaan fakir maka Allah akan mencukupkan mereka dengan keutamaan dari-Nya.”(QS. An-Nur : 32)
Banyak sekali orang yang sudah berpengalaman menyarankan menikah karena mereka mengatakan bahwa menikah adalah salah satu cara untuk meningkatkan kekayaan. Jadi, setelah menikahlah pasangan sama-sama berjuang untuk hidup lebih baik dalam segala hal. Mengawali segalanya dengan sederhana. Merintis semuanya dari nol. Dan, berjuang bersama-sama. Saya maunya yang seperti ini. Ngga mudah memang, tapi Allah punya janji dan Allah tidak pernah ingkar janji.
source : pinterest
Saya paling ngeri kalau membayangkan hutang ke sana ke sini untuk bikin pesta yang megah dan menjalani pernikahan dengan perasaan tercekik sebab harus membayar hutang yang digunakan untuk pesta. Saya ngga mau yang kaya gini. Semoga Allah menjauhkan kita dari hal-hal seperti ini.
Dari bukunya Ahmad Rifa’i Rif’an lagi saya menemukan kalimat ini “Allah memerintahkan nikah sebagai ikatan suci dua manusia yang saling mencintai. Bukan hanya untuk menghalalkan ‘aktifitas ranjang’. Ada tujuan agung yang hendak didapat. Nikah menjadi pelindung kehormatan, pengokoh iman dan penjaga ketaatan”. Nikah juga menjadi sarana menjaga keturunan yang suci. Wasiat Rasulullah sedemikian jelas, “tidak terlihat hubungan yang demikian dekat di antara dua orang yang saling mencintai yang bisa menyamai hubungan yang terjalin karena pernikahan.” (HR. Ibnu Majah)
source : pinterest
Saya bisa ngoceh panjang lebar kalau di tantang buat ngomongin soal pernikahan *maap*. Di usia saya yang sudah tidak kanak-kanak lagi ini, saya merasa memang sudah seharusnya saya memikirkan soal pernikahan. Karena menikah adalah salah satu mimpi saya sejak kecil, sejak saya bisa mengingat betapa menyenangkannya bisa saling mengasihi seperti ayah dan ibu saya. Tapi saya juga sadar, saya perlu banyak bekal untuk menikah, perlu banyaaak lagi belajar dan berdo’a. Ini urusan surga dunia dan surga setelah dunia. Mana bisa main-main!
Saya sendiri belum tau saya sudah siap menikah atau belum. Tapi satu hal yang sedang saya ikuti dari nasihat-nasihat orang, persiapkan dirimu karena kau tidak tau kapan kau akan siap, perkuat keyakinanmu dengan do’a dan yakin Allah sudah menyiapkan yang terbaik untukmu, jagalah apa yang kau punya saat ini dengan sebaik-baiknya. Semoga Allah ridho. Semoga kita dipertemukan dengan mereka, dengan laki laki atau perempuan yang punya visi sama dengan kita. Semoga kita yang perempuan disatukan dengan laki-laki yang bisa menjaga kita dalam segala hal, memperbaiki kita agar jadi wanita sholeha yang patuh padanya, pada Allah dan berguna bagi sesama. Semoga kita bisa terus menjaga hingga tiba waktunya.
source : pinterest
Dan diakhir, saya selalu menutup perjumpaan dengan kalimat “Semoga”, sebagai bentuk do’a dan juga kesadaran bahwa kita hanya manusia yang berencana dan berkeinginan. Allah lah yang maha mengetahui segalanya. Saya jadikan “semoga” sebagai bentuk kepasrahan saya pada setiap rencana Allah atas segala keinginan yang saya punya.

Wassalamualaikum :D




           






0 komentar:

Post a Comment

 

PAGEVIEWS

FRIENDS