Selamat pagi embun yang terlewatkan. Mimpi
tadi malam terasa keras di dadaku. Lidahku kelu untuk berkata-kata. Sebab,
kejujuran dan tabir hidupku yang terungkap di detik demi detik tadi malam
sangat jarang aku ungkapkan kepada jiwa-jiwa yang aku tidak percaya. Dan aku
memang tidak mudah percaya. Mimpi tadi malam mengajarkanku tentang menerima
hidup, menerima masa lalu yang selama ini sering aku tolak, kenyataan yang
sering aku sumpahi, dan kenangan yang terlalu keras aku berusaha melupakannya. Entah
sebab apa aku mempercayai mimpi tadi malam, entah sebab apa aku berani
bercerita padanya, entah sebab apa aku ingin menangis di pangkuannya, padahal
dalam hati masih tersembunyi ketakutan, keraguan, dan rasa trauma akan sosok
mimpiku.
Mimpi tadi malam, andai engkau mengerti isi
hatiku yang penuh ketakutan. Aku tidak yakin kau mau berada di dekatku,
menemaniku sejak aku terlelap hingga aku terjaga, memelukku dalam semu dan menghangatkan
tidurku. Aku tidak yakin. Aku terlalu takut engkau pergi, aku terlalu lemah di
dalam sini. Hanya kuasa Tuhan lah yang berhasil membuatku terjaga dengan
senyuman mengambang, meski mimpi buruk di malam-malamku yang dulu telah merenggut
keindahan tidurku .
Mimpi tadi malam, aku ingin kau tidak datang
hanya sekali, aku ingin setiap malamku aku menangis dipelukanmu, menumpahkan
batu-batu yang selama ini memenuhi isi dadaku, yang membuat hatiku terbiasa
keras. Aku masih ingin mendengar keluhmu yang penuh kegelapan. Aku ingin kita berbagi
dengan kesederhanaan, kita menerima satu sama lain dengan kelapangan hati dan
pikiran, kita hapus masa lalu yang kelam dan kita mulai menyusun mimpi-mimpi
berikutnya.
Mimpi tadi malam, hadirlah lagi dalam tidurku. Gantikan
posisi mimpi burukku dengan wujudmu, agar setiap pagi aku bisa menceritakan “mimpi
tadi malam”ku yang menyenangkan. Selamat tidur mimpi tadi malamku. Terima kasih
telah menemaniku –dan terutama menerimaku- kedalam
mu. Kini aku harus bangun menjemput nyataku. Selamat terlelap mimpi tadi
malamku .
0 komentar:
Post a Comment