BANDAR BAKAU DUMAI "WISATA BAHARI MENYAJIKAN FILOSOFI"

 


Seperti janji saya sebelumnya, saya akan buatkan review singkat tentang ekowisata Bandar Bakau Dumai. Tanggal 6 Agustus 2017 saya berkunjung ke rumah sahabat saya, Dian. Kalau kalian pernah baca surat saya ini pasti kalian cukup tau siapa Dian –buat saya *aseek.

Lima tahun yang lalu Bandar Bakau Dumai belum ada. Datang ke tempat ini rasanya tidak asing, mirip seperti wisata bahari pada umumnya, saya pernah ke Ekowisata Hutan Bakau Kampung Nipah yang lokasinya di Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara, agak mirip tapi tetap ada beberapa perbedaan. 

Kalau di Kampung Nipah, kita bisa jumpai pasir putih seperti salju di bibir pantai, terus ada makanan khas berbahan dasar mangrove yang mereka olah menjadi keriping, peyek, dan sabagainya. Tentu saja itu hal-hal yang tidak dijumpai di Ekowisata Hutan Bakau Dumai. Tapi tenang saja,  sama seperti di kampung nipah, di sini ada banyak pelajaran yang bisa kita dapat. Bahkan, kawasan ecoturism yang berada di Jalan nelayan Laut, Kota Dumai, Provinsi Riau ini akan menyajikan pemandangan yang ngga kamu jumpai di tempat-tempat lain.

Saya akan ceritakan satu per satu. Maafkan saya kalau review ini kurang lengkap. Selama beberapa jam disana, saya ngga sempat mewawancarai nelayan dan penduduk lokalnya. Jadi ini modal pengamatan saya saja. Berikut adalah apa yang bisa kita temui di Ekowisata Bandar Bakau Dumai :
 
hutan bakau dumai
BELAJAR DARI ALAM

Tumbuhan bakau beraneka macam spesies ada disini. Saya melihat, ada banyak kalangan di kota Dumai yang sepertinya masih meringankan otot-ototnya untuk berpatisipasi dalam melestarikan hutan mangrove. Tebukti, banyak pohon yang di beri kode tertentu sesuai dengan jenis atau spesies mangrove dan nama atau asal instansi  penanamnya. Patut diapresiasi. Uniknya lagi, dikawasan ini tidak hanya menyuguhkan bentangan hutan bakau, tapi juga sekolah alam yang ditujukan bagi para pelajar Sekolah Dasar. Kita bisa lihat, di sini ada Perpustakaan yang diberi nama “Perpustakaan Intan Payung”.
perpustakaan intan payung
Selain belajar dari tumbuhannya, kita juga bisa belajar dari makhluk-makhluk kecil disekitar hutan bakau. Saya ketemu segerombolan semut merah. Sengaja saya berhenti untuk mengamati aktivitas mereka. Ada filosofi yang akhirnya saya pelajari dari semut. Saat itu semut-semut ingin berpindah sari satu sisi jembatan ke sisi jembatan lainnya. Ketika saya mencoba menghentikan jalan mereka, yang  mereka lakukan bukannya berhenti malah memanjat ke bagian atas kayu jempatan, ada yang menerobos ke bawah bahkan ada secepat mungkin melewati jari-jari saya. Mereka berlari ke sisi jembatan dan bersatu. 

Bagi saya, filosofi ini mengajarkan kita agar tidak pernah berhenti mencari cara untuk mencapai tujuan dan cita-cita, jangan pernah takut menghadapi tantangan meski kita masih merasa kecil dan orang masih menganggap kita kecil. Oiya, mereka ternyata berpindah dari sisi jembatan ke jembatan yang lain untuk memindahkan makanan. Sekilas memang tidak kelihatan, tapi saya perhatikan dengan seksama. Mereka membawanya sedikit demi sedikit dan saling bahu-membahu. Sifat itu juga harus kita miliki : disiplin dan bekerja sama, saling mengharai sesama. 
semut merah di jembatan kayu hutan bakau dumai
Mengingat semut-semut tersebut, saya jadi teringat surah An-Naml yang artinya semut. Maha Besar Allah atas segala ciptaanya yang menakjubkan. 
perahu kayu yang sudah lapuk
BELAJAR DARI NELAYAN

Selesai mengamati semut, saya dan Dian melanjutkan eksplorasi hutan bakau. Kami mulai bergerak ke bagian bibir pantai. Hembusan angin, deburan ombak, sahutan burung di bebakauan, aroma asin dan amis khas pesisir dan puluhan kapal serta perahu di bibir pantai benar-benar memikat hati saya. Nelayan disini ramah-ramah. Meski siang hari sangat terik, tidak menyurutkan langkah mereka untuk memperbaiki perahu-perahu kayu yang bertengger di sepanjang bibir pantai. 

Mengamati mereka seperti bertamasya ke dalam novel-novel klasik yang pernah saya baca. Kadang, kita hanya perlu berdiri, diam dan melihat sekitar untuk mensyukuri batapa nikmat hidup yang selama ini kita jalani. Semoga kita bukan termasuk orang yang kufur akan nikmat Allah. 
saya dan dian
SPOT FOTO YANG INSTAGRAMABLE

Hari gini, kemana-mana pasti ngga lengkap kalau ngga foto. Datang kesini kamu bisa foto sepuasnya. Saya termasuk orang yang paling suka moto dan berfoto di sepanjang zona litoral. Entah itu pantai berpasir putih dan berair bak Kristal atau di pantai nelayan yang hiruk pikuk berbau amis, semuanya punya kesan yang mendalam dan sulit saya lupakan. Perahu-perahu berikut ini salah satu sasaran empuk untuk saya bidik. Tanpa harus banyak cerita, gambarnya sudah merepresentasikan ribuan kata. Bener ngga sih?

Nah, itu sedikit hal yang bisa saya jelasin tentang Ekowisata Bandar Bakau Dumai. Ada hal yang membuat saya kepikiran, sayang rasanya tempat sekeren itu tapi tidak dikembangkan secara maksimal dan sangat riskan terjadi kecelakaan atau terpeleset. 

Saran saya, sebaiknya jembatan-jembatan kecil yang jadi penghubung ke beberapa sisi hutan bakau diperbaiki lagi. Saya masih agak gamang, banyak jembatan kayu yang sudah lapuk. Kalau bawa anak kecil lebih-lebih khawatir lagi akan terpeleset. Mungkin itu saja sih kekurangannya. Selebihnya. Silahkan datang ke sana yaa…



0 komentar:

Post a Comment

 

PAGEVIEWS

FRIENDS