KEROMANTISAN PALSU, BUIH!


    Tadinya aku berpikir aku hanya buih di tengah lautan, tidak mungkin kau kenang karena sosokmu terlalu di gadang-gadang oleh buih lain yang bertebaran, bahkan oleh selain buih. Kau lautan tenang yang sesekali menyenyumi kami dengan gelombang. Dan gelombang itu miliaran, menghasilkan triliunan buih, termasuk aku yang sebutir buih tanpa arti. Andai aku mati, mungkin alam hanya akan tetap sunyi seolah tidak ada yang pergi. Begitulah aku menganggap diriku yang dulu pertama bertemu denganmu sang lautan lepas megah tak berujung. Aku tak pernah berani meski hanya sedikit saja berkhayal disentuh mu, apalagi bersanding dengan senyum sumringah bersamamu. Tidak pernah. Aku terlalu buih untuk itu.

        Hingga pada suatu kali aku terperangah, tidak hanya oleh senyum sumringah tapi juga oleh ekspektasiku yang runtuh tentang dirimu. Kau seolah menganggap aku ada, bukan cuma buih yang sekilas pandang dan menghilang. Terlebih lagi kau mengingatku, padahal dalam sejarah kita bisu, kita tak pernah terhubung oleh kata dan rasa.

           Hari itu menjelma menjadi hari terindah dalam sejarahku. Berada tepat disebelah kiri lenganmu, terabadikan dalam lukisan alam sebuah pulau dengan kita yang memamerkan barisan gigi berdua. aku merasa mendapat magis dari pulau kecil yang mengubahku dari buih menjadi pantai nan elok rupawan. Aku bukan lagi buih yang sekali diterjang gelombangmu lalu hilang. Aku menjadi pantai idaman semua kejantanan laut yang mendambakan keseksian pantai yang anggun dan bermartabat. Kau membuatku merasa seistimewa itu, setidaknya untuk sehari.

             Hari berikutnya, pulau kecil yang khilaf merekam senyum kita pun sirna. Sirna dimakan kesenjangan yang dulu sekali aku takuti terjadi. Seharusnya aku tau diri, dari awal lautan megah tidak ditakdirkan menikahi buih yang fana. Buih sepertiku hanya mengisi hamparanmu setitik dari sekosmik keindahan dan kegagahanmu. Maafkan kesalahanku diriku, maafkan aku menyakiti bilik hatimu dengan kebodohan versi princess malang yang aku ciptakan sendiri. Hariku pernah tertoreh indah di pulau kecil itu. Aku juga berhak memilih untuk menyejarahkan keindahan yang terjadi di sana hanya dalam buku kenanganku. Bukan untuk aku nyatakan. Karena aku hanya buih. Aku bisa meilhatmu lautan lepas, aku bisa menyusurimu, meski dalam mayaku. Terima kasih untuk sehari yang dipenuhi oleh keromantisan palsu itu, artifisial!


           Silahkan mengatai diriku bodoh, silahkan sepuasmu. Amangoi amang!

"Kupersembahkan ini untuk nona berlari yang menyembul merah dari balik kristal air laut yang bening."

0 komentar:

Post a Comment

 

PAGEVIEWS

FRIENDS