Hidungku
mulai tertusuk oleh bau-bau tajam ikan busuk, amis. Tapi itu berita bagus,
karena artinya kami sudah menginjakkan kaki di teras Dermaga. Kami siap
menyusuri laut, pemirsa J
Sebelumnya, kami start dari rumah pukul
07.00 untuk berkumpul bersama crew Traveling Medan Com (TMC) di satu titik temu yaitu
halte bus UISU. Jumlah kami semua 43 orang. Setelah semua berkumpul, kami melajutkan
perjalanan dengan menggunakan mobil-mobil kecil. Satu mobil berisi sekitar 10
orang yang rata-rata belum saling mengenal. Di dalam mobil inilah kami mulai
bercakap-cakap, sekedar berbasa-basi. Ada juga yang mengisi 2 jam perjalanan
dari medan sampai ke dermaga dengan terlelap, tentunya sembari memimpikan wujud
pulau yang akan kami tiduri nanti.
Butuh waktu beberapa menit untuk
menyesuaikan hidung kami dengan bau dermaga yang seperti pasar ikan ini. Setelah
di instruksi oleh crew traveling medan, kami bergerak menuju kapal kecil yang
akan menyeret kami ke laut lepas. Menempuh perjalanan laut selama 4 jam membuat
kami mabuk. 80% dari kami memilih memejamkan mata, entah itu tertidur atau
hanya upaya mereka mengusir mual.
Tidak denganku, aku menikmati
saat berada di kepungan air asin ini. Diayun gelombang, diajak bercanda oleh
percikan air yang melompat dari bibir perahu kami. Di ujung wajahku
tak kutemukan batas. Hanya laut yang beradu dengan langit dan mentari yang
leluasa menghamburkan teriknya pada bumi.
Empat jam berlalu, kami mulai mencium
bau daratan dan menangkap visualisasi pulau. Sampailah kami di Pulau Berhala
lengkap dengan sambutan tentara penjaga pulau itu. Beberapa dari kami
sempoyongan dan berbicara dengan raut penuh takjub. Kristal airnya bening, jadi
sempurna karena ikan-ikan lucu didalamnya melambai-lambai ke arah kami. Indaaahh
sekali! Pulau berhala tempat kaki kami berpijak ini merupakan pulau kecil
perbatasan, tidak ada penduduk. Hanya tentara pernjaga perbatasan. Beberapa tentara berbicara dengan dialek jawa medok. Banyak juga yang
mengatakan ini pulau terluarnya indonesia. apapun yang dikatakan orang, bagiku inilah Pulau Berhala dengan sejuta pesonanya.
Kami berjalan menuju barak melalui
bebatuan yang beraneka ragam, ada yang gendut, ada yang mungil, ada yang ceking
dan runcing. Suara bisik pantai terdengar merdu di gendang telingaku. Kami menikmati
kemahaeksotisan pulau ini sampai beberapa jam.
Masih dengan ketakjuban yang belum
mereda, kami mengikuti lagi instruksi dari crew TMC untuk membentuk
lingkaran di atas hamparan pasir putih yang dingin, di tengah kami berkobar
gagah sebongkah api unggun, di atas kami bertabur gemintang dan bulan tua. Lalu,
kami melanjutkan acara do’a dan harapan untuk TMC yang ternyata sedang Ulang Tahun (Selamat Yaa, Happy Anniversary). Ditutuplah sabtu malam ini dengan pelepasan lampion sebagai
penyempurna keindahan dan pembawa harapan-harapan kami ke ujung langit.
Setelah semua selesai, kami ke spot
masing-masing. Aku dan kedua temanku lebih memilih bercengkrama di atas pasir, tepatnya
di teras pantai dan bermandikan cahaya bintang sampai pagi. Malam itu kami
terpejam setelah merekam keindahan.
To be continue....
0 komentar:
Post a Comment