Rindu selalu jadi topik yang membelenggu detikku. Kerinduan yang tak bernyawa. Menyesak, menyumpal penuh sekat-sekat kalbuku. Menyebut-nyebut namanya. Kadang rindu ini menakutkan. Bagaimana aku bisa mengatakan akan tetap bersama dia selamanya kepada seseorang yang bahkan belum pernah aku temui. Seharusnya aku belajar dari pengalaman. Kenyamanan di dunia maya tak pernah abadi. Ibarat dua sisi, hitam dan putih. Kau hanya mampu melihat putihnya, sebab tirai hitam sedang disembunyikan gelombang. Dia juga hanya melihat tirai putihmu, sebab tirai hitammu tersamar oleh gelap dan batas pandang. Tapi, bukankah cinta itu sesuatu yang ajaib?
Dia, cinta, bisa menyatukan dua jiwa yang bahkan hanya pernah bertemu dalam mimpi. Dia juga bisa menyatukan ribuan detik dalam satu hembusan nafas. Cinta juga bisa membuat senyum tak berhenti mengembang. Ajaib. Lalu, bagaimana dengan cinta yang hanya terasa setahun dua tahun malah ada yang hanya enam bulan. Maksudku, mungkin bukan cinta, tapi senyum manis yang punya sebab untuk mengembang tadi. Senyum itu hambar setelah beberapa hari, minggu, bulan dan tahun. Apakah memang cinta sifatnya bisa termakan waktu. Kalau iya, berarti dia tidak lagi ajaib. Lalu, bagaimana dengan perasaan-perasaan ini. Apakah ini memang cinta? Atau hanya kekaguman yang menjelma sebagai cinta. Malah lebih ganas lagi, jangan-jangan ini hanya pelarian yang menjelma sebagai cinta. Maka, wajar saja dia tidak abadi. Tidak ajaib.
Seseorang pernah berkata, cinta itu banyak jenisnya, banyak wujudnya. Jujur, aku hanya bingung pada satu wujud cinta. Aku percaya pada keajaiban cinta pada wujud-wujud cinta yang lainnya, tapi tidak pada satu wujud cinta yang satu ini. Penjelmaannya terlalu temporal. Terlalu meragukan. Padahal, dalam cinta tidak pernah ada keraguan. Jika ragu, itu bukan cinta. Mungkin sesuatu yang sedang menjelma. Semacam penipuan. Kamuflase.
Ah, cinta. Kapan aku menemukannya?
Selama ini yang memenuhi kelenjar pinealku hanyalah keraguan. Seperti apapun wujud cinta yang hadir, selalu menyesakkan ulu hatiku. Bisakah sesuatu yang menyesakkan itu disebut cinta?
Kadang aku bosan. Rasanya ingin sekali tak mengenal jelmaan-jelmaan yang mengatasnamakan cinta. aku ingin bertemu cinta yang sebenarnya. Cinta yang membuatku tak memiliki keraguan. Cinta yang penuh keajaiban. Cinta yang memerdekakan. Cinta yang mengutuhkan, cinta yang penuh, cinta yang entah dimana keberadaannya itu. mungkin masih di negeri dongeng. Tau sendiri apa hakikat kata dongeng kan? Selamat tidur. Selamat memasuki dunia tak nyata bersama cinta.
Ada apa dengan cinta, hah?
Kenapa dia selalu menetaskan rindu di sini. Menyebalkan.
Label:
CERITA PENDEK
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment