A LETTER TO MY SELF

Hari ini aku ingin mengirimkan surat untuk seseorang yang spesial buat hidupku, ya diriku sendiri. Diri yang selama ini selalu kuajak berdebat, berdamai, berjuang, berlelah-lelahan, bermalas-malasan, hingga berbuat sesuatu yang seharusnya tidak aku dan dia lakukan. Baiklah, berikut suratku untuk dia, diriku.

Dear Diriku....
Aku senang mengetahui sekarang kau jauh lebih bahagia dibandingkan tahun lalu. Aku senang mendengar semua mimpi-mimpimu dan cita-citamu yang baanyak berubah, lebih realistis dan lebih manis. Aku senang kau tidak lagi menjadi orang yang pemaksa, memaksakan diri mencapai apa yang terbaik menurut egomu, padahal tidak menurut hati nuranimu.

Diriku, ada banyak kekhawatiran yang kau sembunyikan, bukan? Sayangnya, kau tidak akan bisa menyembunyikan itu dariku, dirimu sendiri. Tentu saja, aku tau kau selalu berdo’a supaya kau bisa melewati tahun ini dengan baik.

Aku juga tau, kau sekuat tenaga berusaha memperbaiki dirimu agar kelak layak menjadi seseorang yang disebut istri sholeha, bukan?
Kau menikmati semua prossesnya?

Tak perlu dijawab. Aku, dirimu. Aku tau kau sangat menikmati semuanya. Jujurlah, kau tidak pernah sebahagia sekarang, merasa dicintai seperti sekarang, merasa damai seperti saat ini dan penuh gairah untuk sesuatu yang akan datang.

Bagaimana rasanya didatangi oleh orang yang kau cintai, diriku?
Belum apa-apa kau sudah meneteskan air mata, unch…Sekarang kau jauh lebih cengeng. Mudah sekali terharu. Dan satu lagi, kau sekarang menjadi sangat perindu. Berkali-kali kau jelaskan padaku bahwa kau tidak cengeng, hanya tidak kuat menahan air mata jika ada sesuatu yang menyangkut rasa, termasuk rasa rindu yang entah bagaimana bisa sekuat itu merasukimu, diriku.

Bersabarlah. Setiap kesabaran selalu berbuah manis. Buktinya, tahun lalu kau mengalami masa yang sulit, setelah sabar melewati semuanya, akhir tahunnya kau merasakan bahagia yang menghantarkanmu keangkasa syukur yang tak terukur.  Terima kasih ya untuk tidak berhenti. Oya, sekali-kali aku ingin bilang, aku bangga padamu.

“Bangga untuk apa, katamu?”
Kau ini, selalu saja melihat ada banyak celah di dirimu, masih selalu merasa kurang. Tapi anehnya, kau selalu bisa melihat kelebihan orang. Kadang ada baiknya kau begitu, setidaknya kau jadi tidak merasa berbangga diri. Tapi cobalah terapkan lagi gaya hidupmu tahun lalu yang penuh syukur. Tahun ini seharusnya kau jauuuhhh lebih bersyukur.
Iya, diriku.

Do’a yang kau sampaikan untuk seseorang yang sekarang sedang kau pikirkan seperti sudah disampaikan Tuhan. Atau jangan-jangan, Tuhan sudah menyampaikan do’a dari orang tersebut kepada dirimu. Dirimu dan dirinya adalah manusia, tak luput dari kesalahan. Kau tau, dia sekuat tenaga memperbaiki segala kekurangan, kelemahan, dan ketidaktahuannya. Kau bisa merasakan perjuangannya sangat keras, bukan?

Jangan sembunyikan itu dariku. Kau selalu mengkhawatirkan cintanya padamu, bukan?

Kau takut, dengan dia mencintaimu dia merasa tidak bahagia, dia merasa terlalu lelah berjuang, kau takut dia pusing, kau takut dia bosan, kau takut dia berusaha melebihi apa yang dia mampu? Benar?
Huuuft, tentu saja kau jawab “iya”. Dan, kenyataannya memang iya.

Iya, kalau kau terus berpikir seperti itu.
 Setahuku, salah satu resolusimu tahun ini adalah be positive thinker, ya? So, hey kamu, diriku. Let’s be positive thinker. Coba lawan semua yang buruk-buruk dengan sesuatu yang baik-baik. Misalnya, kau takut dia tidak bahagia bersamamu, cobalah untuk sadar bahwa kau sekarang bahagia dan sangat bersyukur menjalani semua proses dan perjuangan kalian ini, cobalah sadar bahwa apa yang kau rasakan tengah dia rasakan juga.

Kau takut ia terlampau lelah berjuang untuk dirimu? Apa kau merasa lelah berjuang untuk dirinya? Oke, kau malah merasa belum pernah berjuang dan melakukan sesuatu yang hebat untuk dirinya, kan? Oleh sebab itu, sekarang begitu semangatnya kau main di dapur, nulis di diarymu, mengayuh kaki dan mengerakkan jari untuk menjahit, membaca banyak referensi serta menyiapkan bekal apapun yang kau bisa dan berdo’a tanpa henti. Cobalah berpikir, sekarang dia juga melakukan apa yang kau lakukan, dalam versi dirinya.

Hilangkan semua pikiran buruk itu. bahagiamu adalah bahagianya. Sama seperti bahagianya adalah bahagiamu. Kalian sudah berjuang dan akan terus berjuang. Inikan yang kau paling inginkan –punya teman sehidup, sebahagia, seperjuangan, serumah dan sesurga nantinya.

Diriku, akulah yang paling tau dirimu. Maka, jangan bohongi aku seperti kau membohongi egomu. Kau tidak harus menuruti egomu, karena egomu terkadang menipu. Nikmatilah setiap detik yang kau jalani. Buat waktu-waktu demi waktu terasa berarti. Lindungi dirimu dari gengsi dan rendah diri.

Cintai dirimu seperti kau mencintai dia. Kau ingin dia bahagia? Maka berbahagialah diriku. Cintamu disana membutuhkan kau yang bahagia. Selamat bahagia menanti hari bahagia, yaa….
Sampai jumpa di suratku berikutnya. See ya!


0 komentar:

Post a Comment

 

PAGEVIEWS

FRIENDS