Semua ini berawal dari papan bunga.
Hari itu, tanggal 30
November 2016 adalah hari yang membahagiakan untukku karena itu adalah hari dimana
aku –akhirnya- di wisuda. Tapi sebenarnya bukan itu yang membuat kebahagiaanku
membuncah. Yes, papan bunga. Papan bunga yang
membuat semuanya terasa sempurna di hari yang panas dan penuh sesak, hari dimana
aku harus pakai kebaya ngepas badan dan sepatu bertumit tinggi. Hhh…
Aku tertegun diatas
sepatu hak tinggi diatas high heels berwarna dusty pink sambil terus menatap
papan bunga itu. Isi kepalaku dipenuhi oleh nama pengirim papan bunga tersebut. Posisi
papan bunga yang sangat strategis (untuk dilihat orang banyak) itu ditujukan
untukku. Dan, yang buat ngga tahan adalah tulisannya yang terpampang kata-kata "Happy Graduation Lisa Suryani, SKM yang katanya master cheff). In fact you know, aku
jauuuh banget dari yang namanya dikatakan bisa masak. ‘bisa’ aja jauh, apalagi
master. *tutup muka*
Hidup ngga akan
berjalan seru kalau tidak ada tantangan. Jadi, seiring datangnya papan bunga
itu. Aku mengazamkan niat untuk belajar masak dan membuat satu akun instagram
untuk belajar masak dan menikmati makanan. Nama akun tersebut adalah “daput
neng” yang merupakan sub dari Foodlisart.
Sebelum aku membuat
dapur neng, aku sudah lebih dulu membuat foodlisart. Dimana foodlisart adalah
singkatan dari food, lisa and art, which maen disitu ada makanan, aku dan seni (budaya).
Aku suka mengamati berbagai makanan tradisional. Menurutku, setiap suku bangsa punya makanan khas yang menarik untuk di amati dan di cicipi. Salah satu hal
yang tak kalah menarik adalah cara penyajian makanan itu sendiri. Bentuknya tidak
harus selalu terlihat cantik, bentuk yang unik terkesan asal-asalan juga kerap
menarik perhatian, karena seni tidak pernah membatasi diri. Waktu itu aku sama
sekali belum kepikiran untuk menjadikan diriku sebagai orang yang membuat
makanan-makanan. Aku enjoy dengan posisi sebagai penikmat dan
pengamat.
Sejak papan bunga itu
datang, entah kenapa mimpi baruku hidup. Suatu saat, aku ingin orang lah yang
mengamati makanan yang aku buat, makanan yang aku racik sendiri bumbunya, aku
potong dan siangi sendiri bahannya, aku panggang sendiri, aku rebus sendiri dan
aku beri garnish sesuai dengan intuisiku, selera seniku. *Indah sekali rasanya memiliki
mimpi*
Pengirim bunga itu
memanggilku “neng”. Panggilan yang mungkin menurut sebagian orang terlalu udik,
kedaerahan, atau kesukuan. Sayangnya tidak bagiku, panggilan itu panggilan
paling aku suka selama 23 tahun aku hidup sebagai lisa. Dan, aku hanya ingin
dipanggil “neng” oleh pengirim papan bunga itu.
1 januari 2017 aku
meresmikan –sendiri- Dapur Neng. Hari itu juga aku mulai mengumpulkan berbagai
perkakas dapur yang unik-unik dan mulai memasak sesuatu di dapur –ibuku-. Hari itu
aku merasa hidup dan ibuku merasa aku aneh. Dulunya anak yang jarang ke dapur
jadi suka sekali masak. aku bisa lihat
dengan jelas kecurigaan mae –begitu aku memanggil ibuku.
Alhamdulillah-nya, Mae
selalu ngedukung apa pun yang aku mau. Salah satu bentuk dukungannya adalah
boleh dipinjem dapur dan seluruh peralatannya, dibelikan seluruh bahan yang aku
butuhkan, dan yang paling membahagiakan aku sampai dibelikan alat masak yang
harganya sampai jutaan sebagai hadiah ulang tahunku.
Sangat senang? Ya. Dan sangat
bersyukur.
Mungkin hari ini aku
punya banyak kertebatasan untuk mewujudkan mimpi membesarkan Dapur Neng. Tapi aku
tidak akan berhenti. Setiap mimpi yang sudah kita hidupkan harus terus kita
rawat, kita jaga, dan kita do’akan semoga mimpi itu suatu saat bisa memberikan
kebaikan untuk orang-orang disekitar kita.
Apa pun mimpimu, dari
mana pun mimpi itu hidup, dan siapa pun dirimu. Tetaplah percaya, Tuhan Maha
Bisa dan Maha Pengabul Doa. Berusahalah. mimpimu tidak ada gunanya jika usaha
tidak kau jadikan pupuknya.
*Setelah postingan ini,
aku akan bagikan sedikit demi sedikit kegiatan di dapur neng. Then, see you
there fellas.
Thanks for coming dear,
Lisa Surya
0 komentar:
Post a Comment