SEMBILAN PUCUK BUNGA

             Aku bukan perangkai kata yang baik. Aku hanya sepucuk cerita dari sembilan cerita yang ada. Sembilan pucuk bunga yang tumbuh dari pohon, tanah, dan unsur hara yang asalnya berbeda. Tangkai-tangkai cerita yang kami punya bermacam-macam, jika aku salah merangkainya, aku takut kami menjadi seutas bunga yang tak indah dipandang mata dan dicium wanginya. 
 
            Hampir tiga tahun waktu berlalu untuk merangkai sembilan pucuk bunga yang dipetik dari sembilan kebun berbeda hingga menjadi seutas persahabatan seperti sekarang ini. Banyak duri yang sudah pernah menusuk hati dan meneteskan darah maupun air mata ( ah ini lebay ), banyak senyum yang menyungging hingga nyaris membuat gigi kering, banyak cerita yang silih berganti seperti headline news pada koran harian, banyak juga diam yang berganti tawa atau sebaliknya. 

            Sembilan pucuk punya porsi yang sama untuk membentuk seutas bunga yang indah, tidak ada pucuk yang ‘paling’ indah. Seutas bunga itu indah sebab pucuk-pucuk yang berbeda bersatu dalam satu ikatan, saling mewarnai dan melengkapi. Bayangkan jika seutas bunga itu berserak, tidak akan rapi lagi, tidak akan indah lagi, tangkai bunga itu akan mengering sendiri, kesepian.

            Seutas bunga persahabatan yang terdiri dari sembilan pucuk kepribadian akan abadi jika selotip yang digunakan sebagai perekat adalah kesetian, rasa memiliki, saling berbagi, saling menerima, saling memberi, saling memaklumi, komitmen, dan kejujuran. Setidaknya itulah yang berhasil aku rangkum dari waktu merangkai sore tadi. 
Semoga sembilan pucuk yang istimewa ini tetap bersama dalam satu utas atau vas, menebar keindahan dan bau surganya.  aamiin  

1 komentar:

 

PAGEVIEWS

FRIENDS