PELAJARAN DARI DESA


Sebulan lebih lima hari sudah terlewati sejak perpisahan dan Praktek Belajar Lapangan berakhir. Memori itu, masih melekat erat di selaput otak. Kerinduan adalah bahasa yang sekarang hangat menghiasi hari-hari. Ternyata benar, setelah melalui masa-masa adaptasi yang sulit dan kami berhasil melewatinya, desa tempat kami praktek dulu justru menjadi kampung halaman semu untuk kami. Sejatinya kampung halaman, kamu akan selalu punya keinginan untuk kembali ke sana. Menikmati oksigennya mengaliri bronkus, bronkiolus hingga ke alveolusmu, menikmati hijau pemandangan yang menyegarkan pupil, iris dan kornea matamu, hingga menyegarkan jiwamu dengan budaya yang sama sekali berbeda. Seandainya nanti ada kesempatan dan kerinduan ini tak bisa lagi di bendung, aku akan datang ke sana meski harus sendirian. Sekedar mengulang detik yang sudah berlalu itu, mengenangnya.

            Pelajaran yang bisa aku petik dari hidup selama 70 hari di desa Ajijulu adalah :
Pertama, lakukanlah setiap kegiatan (apapun itu jika tujuannya positif) dengan lapang dada. Jangan mengumpat keadaan yang ada padamu saat ini. Karena bisa jadi, keadaan yang kau umpat-umpat ini akan sangat kau rindukan dikemudian hari. Aku sudah mengalami itu. dan aku menyesal seumur hidup karena pernah mengumpat kesulitanku selama berada di ajijulu beberapa bulan yang lalu. Toh ternyata, aku rindu masa-masa itu. aku rindu teman-temanku, adik-adik binaanku, bibik-bibik desa ajijulu, kila, bapa, biring, karo, iting, dan seluruh hal yang ada di desa.

Kedua, Hargailah perbedaan. Ini penting, bahkan sangat penting (terutama untuk teman satu kelompok praktekmu). Kami kebetulan sekelompok beragama sama, jadi tidak terlalu bermasalah dengan perbedaan kepercayaan. Sayangnya perbedaan kebiasaan dan karakter jadi masalah besar di kelompok praktekku. Tapi desa ajijulu mengajariku tentang bersatu meski kita berbeda-beda. Itu memiliki nilai keindahan dan kedamaian yang sulit di jelaskan. Bagaimana suasana Pesta Tahun, Perpisahan, Penyuluhan dan Perpulungan bisa begitu menyatukan setiap orang yang sejatinya berbeda adat, keyakinan, dan isi kepala di desa Ajijulu.

Ketiga, Jangan lupakan catatan dan photo. Buatlah semacam jurnal yang bisa kamu baca ketika nanti kamu dewasa. Aku sudah melalukan itu, aku juga sudah mengumpulkan photo selama di sana. Tapi aku tidak puas dengan hasilku. Rasa malas yang mendominasiku selama di sana membuat jurnalku hanya terisi di awal-awal saja. Aku menyayangkan hal itu. Padahal seandainya aku bisa menuliskan dengan jelas gambaran kegiatan yang terjadi selama di sana, tentu akan menjadi dokumentasi hidup yang berharga.

Ini ada sedikit tips untuk kalian yang akan melaksanakan praktek lapangan ke desa-desa, entah itu namanya KKN, PBL, PPL atau yang lainnya.
1.      Sebelum berangkat ke desa tujuan, cari tahu terlebih dahulu segala hal tentang desa itu. misalnya : jenis pekerjaan di sana apa, agama yang ada disana apa saja dan lingkungannya bagaimana( apakah kondusif atau sedang ada masalah/konflik sosial, politik, dsb), Untuk yang suka traveling bisa sekalian cari tau tempat yang bagus untuk di kunjungi, yang suka makan bisa sekalian cari tau makanan khas di sana apa saja
2.      Setelah semua tentang tempat tujuan tergambar di benakmu, persiapkan apa saja yang akan kamu bawa. Jangan membawa hal-hal yang tidak perlu. Bawalah kebutuhan yang memang benar-benar pokok supaya kamu ngga kewalahan nantinya. Sebelum barang di susun ke dalam koper atau ransel, sebaiknya kamu list dulu barangnya apa saja(ini berguna untuk mengantisipasi agar barang tidak ada yang tertinggal)
3.      Setelah sampai di sana, carilah induk semang terlebih dahulu. Kamu bisa datang keperangkat desanya (kades, sekdes) dan mintalah rekomendasi tempat tinggal dari mereka. Menyatulah dengan masyarakat. 
     
      Ingat, tanpa harus tampil beda kamu sudah terlihat bebeda dimata mereka jika kamu datang ke sana dengan tujuan untuk praktek lapangan. Kamu akan dianggap sebagai orang kota yang biasa hidup dengan kelengkapan sarana dan prasarana dan orang yang tinggal di desa biasanya sering beranggapan bahwa orang yang tinggal di kota cenderung sombong. Maka, kamu harus mematahkan anggapan itu. Jadilah orang yang ramah (dengan pengertian sebijak mungkin). Selanjutnya, kuasai iklim desanya agar kamu mudah mencapai tujuanmu selama praktek di sana. Survive. Itu adalah wasiatku untuk kalian yang akan praktek lapangan. Kalian harus ingat, disana memang bukan rumah kalian. Jadi jauh-jauhlah dari menuntut kenyamanan dan layanan. Seperti pelajaran yang aku petik di awal tadi, nikmati setiap prosesnya. Haram hukumnya mengumpat keadaan yang menyulitkan dirimu pribadi. Bertahanlah. Karena kamu agen perubahan, jangan biarkan keadaan merubahmu. 
      Selamat berjuang.



0 komentar:

Post a Comment

 

PAGEVIEWS

FRIENDS